Siswa berusia 14 tahun yang menembak mati dua siswa dan dua guru di sekolahnya di Georgia, AS, telah mengirim pesan permintaan maaf kepada ibunya sebelum dia melepaskan tembakan, kata kakeknya kepada New York Post.
Pesan teks itu memicu panggilan panik dari sang ibu ke sekolah dalam upaya yang jelas untuk menghentikan tragedi itu, katanya.
Charles Polhamus mengatakan putrinya Marcee Gray sedang berada di rumahnya saat ia menerima pesan dari putranya Colt Gray. “Maaf, Bu,” tulis pesan itu.
Setelah membaca pesan tersebut, dia menelepon sekolah dengan putus asa, mencoba memperingatkan mereka tentang “keadaan darurat yang ekstrem,” tutur kerabatnya kepada The Washington Post.
“Saya yang memberi tahu konselor sekolah di sekolah menengah atas. Saya memberi tahu mereka bahwa itu adalah keadaan darurat yang ekstrem dan mereka harus segera pergi dan mencari (putra saya) untuk memeriksanya,” katanya kepada saudara perempuannya.
Karena khawatir akan hal terburuk, dia mulai mengemudi ke sekolah dan sudah setengah jalan ketika dia mengetahui bahwa empat orang telah terbunuh, kata ayahnya.
“Ini mengerikan. Benar-benar mengerikan,” kata Marcee kepada The New York Post.
Setelah menerima panggilan paniknya, pihak berwenang sekolah berusaha mencegah bencana tersebut. Seorang pejabat sekolah juga mendatangi ruang kelas Colt, tetapi ia masuk beberapa menit setelah meninggalkan ruangan.
Colt dan ayahnya kini menghadapi dakwaan pembunuhan terkait penembakan tersebut. Pihak berwenang mengatakan sang ayah menghadiahkan senapan jenis AR-15 yang digunakan dalam penembakan tersebut sebagai hadiah Natal.
Menunggu respons untuk dimuat…