Washington:
“Swing States” – gajah di dalam ruangan adalah penentu utama pemilihan presiden Amerika Serikat. Juga dikenal sebagai negara bagian medan pertempuran, negara bagian ini dapat menentukan calon mana pun yang akan dipilih.
Secara historis, di Amerika Serikat, pemilihan presiden sering kali diselenggarakan oleh tiga jenis negara bagian: Negara Bagian Merah, Negara Bagian Biru, dan Negara Bagian Swing. Negara Bagian Merah adalah negara bagian yang secara konsisten dimenangkan oleh Partai Republik sejak tahun 1980, sedangkan Negara Bagian Biru adalah negara bagian yang didominasi oleh Partai Demokrat sejak tahun 1992. Negara bagian ini umumnya dianggap dapat diprediksi dalam hal hasil pemilunya.
Namun, Swing States adalah cerita yang berbeda. Di sini, pertarungan antara Partai Republik dan Demokrat sering kali sangat ketat, dengan pemenang menang dengan selisih tipis. Misalnya, pada pemilihan presiden tahun 2020, Joe Biden memenangkan Arizona hanya dengan 10.000 suara.
Sekitar 10 negara bagian telah dianggap sebagai negara bagian yang berayun, tetapi untuk pemilu 2024, negara bagian yang harus diperhatikan adalah Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin.
Menariknya, para kandidat sering kali memfokuskan kampanye mereka pada negara-negara bagian yang masih belum stabil, dan menghabiskan banyak waktu untuk memenangkan negara bagian tersebut.
Menurut jajak pendapat yang diambil oleh YouGov hingga 31 Oktober, Wakil Presiden Kamala Harris memimpin dengan selisih kecil di Wisconsin (4 poin persentase), Pennsylvania (+3), Michigan (+3), dan Nevada (+1). Trump nyaris tidak memimpin di North Carolina (+1) dan Georgia (+1) dan Arizona sama-sama unggul.
Georgia
Kemenangan Biden pada tahun 2020 menandai kemenangan Partai Demokrat pertama di Georgia sejak tahun 1992. Pergeseran demografi di negara bagian tersebut, khususnya meningkatnya keberagaman dan bertambahnya populasi lebih dari 10 juta jiwa, diperkirakan akan menguntungkan Kamala Harris, yang secara aktif mendekati pemilih minoritas. Namun, pemilu tahun 2024 menunjukkan tren yang tidak terduga: Wakil Presiden Kamala Harris memiliki kinerja yang lebih kuat di negara-negara bagian yang mayoritas penduduknya berkulit putih seperti Michigan dan Wisconsin, sementara negara-negara bagian yang lebih beragam sedikit lebih mendukung mantan Presiden Donald Trump. Dinamika yang mengejutkan ini juga terlihat di Georgia, yang menunjukkan adanya pergeseran dalam pola pemungutan suara tradisional.
Nevada
Nevada mungkin memegang kunci untuk memenangkan pemilihan presiden, meski hanya memiliki enam suara elektoral. Populasinya yang beragam, dengan 40% pemilih yang memenuhi syarat mengidentifikasi diri sebagai warga Latin, Kulit Hitam, atau warga Asia-Amerika Kepulauan Pasifik, dapat memainkan peran penting. Secara historis, kelompok-kelompok ini menunjukkan dukungan yang lebih kuat terhadap Kamala Harris dibandingkan Donald Trump. Namun, kekhawatiran ekonomi seperti meningkatnya biaya hidup, inflasi, dan imigrasi mungkin akan menguntungkan Trump.
Michigan
Michigan, negara bagian dengan 15 suara elektoral, secara tradisional merupakan kubu Demokrat, namun kemenangan Donald Trump pada tahun 2016 mengguncang segalanya. Seruannya kepada pemilih kelas pekerja kulit putih memastikan kemenangannya, dan memberikan pukulan mengejutkan bagi kampanye Hillary Clinton. Maju ke tahun 2024, keberagaman di Michigan dapat memberi Kamala Harris keunggulan, terutama karena negara bagian ini lebih beragam dibandingkan negara bagian “tembok biru” lainnya yang diperebutkan. Namun, ada hal yang harus dilakukan terkait dengan pihak Arab-Amerika di negara tersebut karena mereka telah menyatakan ketidakpuasannya terhadap cara perang di Gaza ditangani oleh pemerintahan Biden.
pennsylvania
Pennsylvania, yang pernah menjadi kubu Demokrat yang andal, telah menjadi negara bagian yang diperebutkan dengan sengit. Ia memiliki 19 suara electoral college dan merupakan yang paling didambakan oleh kedua partai. Transformasi negara bagian ini berakar pada tantangan ekonomi, khususnya penurunan basis industri manufaktur di kota-kota “Rust Belt” seperti Philadelphia dan Pittsburgh. Penurunan ini membuat banyak warga mencari perubahan dan peluang. Baik Trump maupun Harris sudah sering berkampanye di negara bagian tersebut, membahas isu-isu penting seperti infrastruktur dan manufaktur.
Arizona
Arizona menjadi pemenang dalam pemilihan presiden tahun 2020, dengan Biden memperoleh kemenangan tipis hanya dengan 10.457 suara. Kini, Trump mengandalkan ketidakpuasan pemilih terhadap kebijakan imigrasi pemerintahan Biden-Harris yang akan membuat negara bagian itu kembali merah. Karena Arizona berbatasan dengan Meksiko, imigrasi adalah isu yang paling panas, dan Trump berharap dapat memanfaatkan rasa frustrasinya terhadap pemerintahan saat ini.
Carolina Utara
North Carolina, yang pernah menjadi kubu Partai Republik dalam pemilihan presiden, kini menjadi negara bagian yang terpuruk karena demografinya yang berubah dengan cepat. Secara historis, negara bagian ini memilih Partai Republik hampir selama setengah abad terakhir, dengan pengecualian pada kemenangan Barack Obama pada tahun 2008. Namun, pertumbuhan populasi di negara bagian ini, khususnya di Segitiga Riset, telah mendatangkan masuknya pemilih kulit putih yang berpendidikan perguruan tinggi. , warga Latin, Amerika keturunan Asia, dan populasi kulit hitam dalam jumlah besar, yang berjumlah sekitar 1 dari 5 pemilih.
Wisconsin
Trump menganggap Wisconsin dapat dimenangkan dan telah mengambil langkah-langkah untuk menunjukkan komitmennya terhadap negara bagian tersebut. Partai Republik bahkan mengadakan konvensi nasionalnya di sana selama musim panas. Awalnya, Trump unggul atas Biden, namun Kamala Harris berhasil menutup kesenjangan tersebut, menjadikan negara bagian tersebut persaingan yang ketat.