back to top

Kekhawatiran Terulangnya Tahun 2020: Klaim Penipuan Pemilih Trump Menimbulkan Kekhawatiran

Share

Washington:

Dengan hanya empat hari tersisa hingga Hari Pemilu, klaim tak berdasar mantan Presiden Donald Trump mengenai kecurangan pemilu di Pennsylvania telah menimbulkan kekhawatiran bahwa ia mungkin berupaya untuk membatalkan pemilu, tidak hanya di Pennsylvania tetapi juga di negara-negara bagian penting lainnya yang menjadi medan pertempuran.

Retorika Trump telah memicu ketakutan akan kekerasan dan upaya untuk mengganggu proses pemilu, serupa dengan serangan Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Klaim Trump telah menimbulkan kekhawatiran bahwa ia bersiap untuk menyalahkan potensi kerugian di Pennsylvania karena penipuan pemilih. Postingan media sosialnya pada hari Kamis menyatakan, “Kami menangkap mereka MENIPU BESAR di Pennsylvania,” dan menuntut tuntutan pidana. Seorang pejabat senior kampanye Harris membantah bahwa klaim Trump adalah upaya untuk “menabur keraguan dalam pemilu dan institusi kita ketika dia takut tidak bisa menang.”

Kyle Miller, ahli strategi kebijakan di Pennsylvania, memperingatkan bahwa tindakan Trump “menaburkan benih bagi upaya untuk membatalkan hasil pemilu yang merugikan Donald Trump.” Miller percaya bahwa Trump dan sekutunya telah belajar dari pengalaman mereka pada tahun 2020, dan menyadari bahwa mereka perlu menyebarkan ide-ide ini sejak dini.

Trump baru-baru ini memperkuat tuduhannya yang tidak berdasar, dengan mengklaim penyelidikan terhadap formulir pendaftaran pemilih yang dicurigai adalah bukti penipuan pemilih. Namun, para pejabat negara dan pendukung demokrasi berpendapat bahwa insiden-insiden ini menunjukkan sistem berjalan sebagaimana mestinya.

Seorang hakim memperpanjang batas waktu pengiriman surat suara di Bucks County setelah tim kampanye Trump menggugat, dan penyelidikan terhadap potensi penipuan pendaftaran di wilayah Lancaster dan York tidak menemukan bukti adanya pemungutan suara ilegal.

Sistem pemilu AS, yang berakar pada Konstitusi 1789, memberikan peluang bagi Trump dan para pendukungnya untuk menantang atau menunda hasil pemilu. Pada tahun 2020, tim Trump menangani 60 kasus pengadilan dengan tuduhan penipuan, semuanya tidak berhasil. Namun, pengalaman ini telah mempersiapkan pengacara kedua belah pihak untuk menghadapi potensi perselisihan lainnya.

Jika pengikut Trump berhasil membatalkan atau menunda hasil pemilu negara bagian yang tidak menguntungkan melalui pengadilan atau hambatan legislatif, mereka berpotensi menghalangi Harris yang terpilih untuk menjabat dan mempengaruhi hasil pemilu agar menguntungkan Trump. Beberapa negara bagian telah memperingatkan pejabat lokal untuk tidak melakukan intervensi secara ilegal atau menolak untuk mengesahkan hasil. Pada akhirnya, Mahkamah Agung AS yang beranggotakan sembilan orang, dengan enam hakim konservatif, tiga diantaranya ditunjuk oleh Trump, akan menjadi penengah terakhir dalam kasus semacam ini.

demonstrasi

demo

info demonstrasi

Baca selengkapnya

Berita Terkait