Pemerintah Inggris telah merekrut 200 staf Kantor Dalam Negeri tambahan untuk menyelesaikan 23.300 kasus perbudakan modern yang ditinggalkan oleh pemerintahan terakhir. Kasus-kasus tersebut dapat “dihilangkan” dalam waktu dua tahun, menurut pernyataan resmi. Langkah ini akan memberikan kejelasan yang dibutuhkan ribuan perempuan, laki-laki, dan anak-anak yang mungkin menderita kekerasan seksual, fisik, dan ekonomi yang traumatis untuk membantu pemulihan mereka.
Menurut pemerintah Inggris, saat ini banyak korban mengalami penundaan yang lama dalam mendapatkan konfirmasi status mereka sebagai korban perbudakan modern melalui mekanisme rujukan nasional melalui keputusan dasar yang meyakinkan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian yang berkepanjangan dan penderitaan kesehatan mental.
“Sudah terlalu lama, para penyintas perbudakan modern dan pengalaman mengerikan yang mereka alami tidak mendapat perhatian dan dukungan yang layak mereka dapatkan,” kata Menteri Perlindungan, Jess Phillips. “Hal ini akan berubah. Tindakan yang saya umumkan hari ini adalah langkah pertama untuk mengutamakan penyintas, memberantas tumpukan kasus perbudakan modern untuk memberikan kejelasan dan ketenangan pikiran yang dibutuhkan para korban untuk melanjutkan hidup mereka.”
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional, diperkirakan lima puluh juta orang hidup dalam perbudakan modern pada tahun 2021, berdasarkan Perkiraan Global Perbudakan Modern terbaru. Dari jumlah tersebut, 28 juta orang berada dalam kerja paksa, sementara 22 juta lainnya terjebak dalam pernikahan paksa.
Jumlah orang yang menjadi budak modern telah meningkat secara signifikan dalam 10 tahun terakhir. Terdapat 10 juta lebih orang yang berada dalam perbudakan modern pada tahun 2021 dibandingkan dengan perkiraan global pada tahun 2016. Perempuan dan anak-anak masih berada pada posisi yang rentan.
Perbudakan modern terjadi di hampir setiap negara di dunia dan melintasi garis etnis, budaya, dan agama. Lebih dari separuh (52 persen) dari seluruh kerja paksa dan seperempat dari seluruh pernikahan paksa terjadi di negara-negara berpendapatan menengah ke atas atau negara berpendapatan tinggi.