Anura Kumara Dissanayake, seorang pemimpin berhaluan kiri, telah terpilih sebagai presiden Sri Lanka berikutnya dalam pemilihan pertama negara itu sejak ekonominya runtuh pada tahun 2022. Tn. Dissanayake, yang dikenal sebagai “AKD,” lahir dalam keluarga petani kecil di Anuradhapura. Perjalanan politiknya dimulai dengan keterlibatannya dalam sayap mahasiswa Janatha Vimukthi Peramuna (JVP), sebuah partai Marxis-Leninis.
Lahir pada tanggal 24 November 1968, ia berasal dari keluarga sederhana – ayahnya adalah seorang pembantu kantor pemerintah dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Politik pada awalnya bukanlah bidang yang digeluti keluarga, tetapi pengalaman hidup awal Dissanayake, termasuk kehilangan sepupunya karena kekerasan politik, mendorongnya untuk menjadi aktivis.
Salah seorang sepupu Tn. Dissanayake terbunuh selama tindakan keras pemerintah terhadap pemberontakan kedua JVP pada tahun 1988. Selama periode ini, rumah keluarganya juga dihancurkan, yang semakin memperkuat tekadnya untuk tetap setia pada perjuangan JVP.
Evolusi politik dan kepemimpinan
Awalnya, JVP mempertahankan posisi anti-imperialis dan sosialis yang kuat, tetapi pada tahun 1980-an, partai ini bergeser ke arah nasionalisme Sinhala. Partai ini dengan keras menentang klaim politik Tamil dan intervensi eksternal dalam konflik etnis di Sri Lanka. Setelah dilarang pada tahun 1980-an dan kemudian dilegalkan, JVP memasuki politik arus utama, memenangkan kursi di parlemen. Tn. Dissanayake sendiri menjadi Anggota Parlemen pada tahun 2000 dan sempat menjabat sebagai Menteri Pertanian di bawah Presiden Chandrika Kumaratunga Bandaranaike antara tahun 2004 dan 2005.
Pada tahun 2014, ia diangkat menjadi pemimpin JVP, menggantikan Somawansa Amarasinghe. Di bawah kepemimpinannya, partai tersebut mengalami perubahan signifikan, dengan fokus pada perluasan basis politiknya. Menyadari bahwa daya tarik tradisional JVP terbatas, Tn. Dissanayeke membentuk Aliansi Kekuatan Rakyat Nasional (NPP), yang menyatukan lebih dari dua lusin kelompok politik, profesional, akademisi, dan aktivis. Langkah ini bertujuan untuk memposisikan NPP sebagai alternatif bagi dua kubu politik tradisional — yang dipimpin oleh Partai Kebebasan Sri Lanka dan Partai Nasional Bersatu.
Kepemimpinan dan ideologi
Rekan-rekannya menggambarkan Tn. Dissanayake sebagai pengambil keputusan yang berpikiran jernih yang menghargai masukan kolektif, ciri khas gaya kepemimpinannya. Vijitha Herath, sesama anggota parlemen JVP, mengatakan bahwa Tn. Dissanayake sangat pandai mempertimbangkan berbagai pandangan dan membuat keputusan terbaik dengan cepat dan tepat waktu.
Sikapnya yang tenang dan kalem serta kemampuannya membangun narasi yang meyakinkan terhadap kelas penguasa Sri Lanka telah menjadikannya tokoh yang menarik dalam kehidupan publik. Dikenal karena pidato-pidatonya yang kuat di parlemen, Presiden baru Sri Lanka telah menjadi pengkritik vokal atas tindakan berlebihan dan salah urus pemerintah, sering kali menggabungkan argumennya dengan fakta dan angka yang diterima masyarakat.
Di bawah kepemimpinannya, NPP mengalihkan fokusnya dari prinsip-prinsip sosialis murni ke pesan politik yang lebih luas, dengan berupaya mengatasi korupsi dan salah urus ekonomi. Evolusi ideologis ini menuai kritik dari beberapa kaum kiri tradisional, tetapi Tn. Dissanayake tetap tidak menyesali perbuatannya, dengan menekankan bahwa tujuan partainya adalah untuk melayani mayoritas rakyat daripada sekadar berpegang teguh pada label politik sayap kiri.
Pencalonan presiden dan kampanye politik
Pada tahun 2019, Tn. Dissanayake mengikuti pemilihan presiden melawan Gotabaya Rajapaksa. Sementara beberapa kaum liberal dan kiri khawatir bahwa pencalonannya akan memecah suara oposisi dan memungkinkan kemenangan Rajapaksa, NPP Tn. Dissanayake melanjutkan kampanye, menarik banyak massa tetapi hanya mengamankan 3,16 persen suara. Dalam pemilihan parlemen 2020, NPP hanya memenangkan tiga kursi, turun dari enam kursi pada periode sebelumnya, sehingga mendapat label ejekan “partai 3%” dari para pesaingnya. Meskipun mengalami kemunduran ini, Tn. Dissanayake dan partainya menggandakan mobilisasi akar rumput, memperluas jangkauan mereka melalui pengorganisasian politik yang gigih dan melibatkan ekspatriat Sinhala di Eropa, Asia, dan Amerika Utara.
Pemberontakan rakyat 2022
Titik baliknya terjadi pada tahun 2022, selama Janatha Aragalaya, atau perjuangan rakyat, yang mengakibatkan tergulingnya Presiden Gotabaya Rajapaksa. Meskipun gerakan tersebut terdesentralisasi dan terdiri dari beragam suara, NPP milik Tn. Dissanayake memainkan peran penting dalam bersimpati terhadap tuntutan rakyat akan “perubahan sistem” dan mempertahankan aktivisme akar rumputnya.
Seiring makin dalamnya kekecewaan politik, khususnya di kalangan pemuda, NPP mulai dipandang sebagai alternatif yang layak bagi elit politik tradisional Sri Lanka. Rapat umum Dissanayake menarik banyak orang, dan gaya pidatonya, yang memadukan analisis yang tenang dengan seruan reformasi yang berapi-api, mendapat sambutan baik dari banyak orang.
Saat Sri Lanka terus bergulat dengan tantangan ekonomi yang signifikan dan ketidakpastian politik, Tn. Dissanayake muncul sebagai simbol harapan bagi banyak warga yang mencari perubahan. Di usianya yang ke-55, Anura Kumara Dissanayake kini berdiri sebagai pemimpin terkemuka yang mewujudkan aspirasi mereka yang kecewa dengan elite politik yang telah lama berkuasa di negara itu.